PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 82 TAHUN 2013
TENTANG
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT
PENYELENGGARAAN SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN RUMAH SAKIT
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dalam menjalankan fungsi pembinaan upaya kesehatan, Direktorat Jenderal
yang menyelenggarakan urusan di bidang bina upaya kesehatan Kementerian
Kesehatan membutuhkan informasi yang handal, tepat, cepat dan terbarukan (up
to date) untuk mendukung proses pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan
secara tepat. Sebagai salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan, Rumah Sakit sering mengalami kesulitan dalam
pengelolaan informasi baik untuk kebutuhan internal maupun eksternal. sehingga
perlu diupayakan peningkatan pengelolaan informasi yang efisien, cepat, mudah,
akurat, murah, aman, terpadu dan akuntabel. Salah satu bentuk penerapannya
melalui sistem pelayanan dengan memanfaatkan teknologi informasi melalui
penggunaan sistem Sistem Informasi berbasis komputer.
Pesatnya
kemajuan teknologi di bidang informasi telah melahirkan perubahan tatanan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam kaitan ini, peran dan
fungsi pelayanan data dan informasi yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit sebagai salah
satu unit kerja pengelola data dan Informasi dituntut untuk mampu melakukan
berbagai penyesuaian dan perubahan. Sistem Informasi dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan pelayanan data dan informasi dengan lebih produktif, transparan,
tertib, cepat, mudah, akurat, terpadu, aman dan efisien, khususnya membantu
dalam memperlancar dan mempermudah pembentukan kebijakan dalam meningkatkan
sistem pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang penyelenggaraan Rumah Sakit
di Indonesia.
Banyak Rumah
Sakit yang telah berupaya untuk membangun dan mengembangkan sistem informasi,
namun sebagian mengalami kegagalan, dan sebagian Rumah Sakit memilih untuk
melakukan kerja sama operasional (outsourcing) dengan biaya yang relatif
besar yang pada akhirnya ikut membebani biaya kesehatan bagi pasien/masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut di atas, Direktorat Jenderal yang menyelenggarakan
urusan di bidang Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan memandang perlunya
membangun kerangka acuan kerja (framework) dan perangkat lunak (software)
aplikasi sistem informasi Rumah Sakit yang bersifat sumber terbuka umum (open
source generic) untuk Rumah Sakit di Indonesia. Dengan adanya software aplikasi
open source generik ini diharapkan Rumah Sakit di Indonesia dapat
menggunakan, mengembangkan, mengimplementasi dan memelihara sendiri. Sehingga
akan terdapat keseragaman data yang dikirim kepada Kementerian Kesehatan.
B.
STRATEGI
Tata kelola sistem informasi yang baik harus selaras dengan fungsi, visi,
misi dan strategi organisasi. Secara generik fungsi Rumah Sakit (menurut WHO
tahun 1957), memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik
kuratif maupun rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau
pelayanan keluarga dan lingkungan, Rumah Sakit juga merupakan pusat pelatihan
tenaga kesehatan serta untuk penelitian biososial. Rumah sakit juga merupakan
pusat pelayanan rujukan medik spsialistik dan sub spesialistik dengan fungsi
utama menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitasi pasien).
Dengan
demikian secara umum sistem informasi Rumah Sakit harus selaras dengan bisnis
utama (core bussines) dari Rumah Sakit itu sendiri, terutama untuk
informasi riwayat kesehatan pasien atau rekam medis (tentang indentitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada
pasien), informasi kegiatan operasional (termasuk informasi sumber daya
manusia, material, alat kesehatan, penelitian serta bank data. Keberhasilan
implementasi sistem informasi bukan hanya ditentukan oleh teknologi informasi
tetapi juga oleh faktor lain, seperti proses bisnis, perubahan manajemen, tata
kelola IT dan lain-lainnya. Karena itu bukan hanya teknologi tetapi juga
kerangka kerja secara komprehensif sistem informasi Rumah Sakit.
C.
PROSES
BISNIS
1.
Pelayanan
Utama (Front Office)
Setiap Rumah
Sakit memiliki prosedur yang unik (berbeda satu dengan lainnya), tetapi secara
umum/generik memiliki prosedur pelayanan terintegrasi yang sama yaitu proses
pendaftaran, proses rawat (jalan atau inap) dan proses pulang.
Data yang
dimasukan pada proses rawat akan digunakan pada proses rawat dan pulang. Selama
proses perawatan, pasien akan menggunakan sumber daya, mendapat layanan dan
tindakan dari unit-unit seperti farmasi, laboratorium, radiologi, gizi, bedah, invasive,
diagnostic non invasive dan lainnya. Unit tersebut mendapat
order/pesanan dari dokter (misalnya berupa resep untuk farmasi, formulir lab
dan sejenisnya) dan perawat.
Jadi dokter
dan perawat sebagai aktor/SDM inti pada proses bisnis Rumah Sakit (seluruh order
berasal dari mereka). Karena itu kami menyebutkan inti sistem ini sebagai order
communation system.
2.
Pelayanan
Administratif (Back-Office)
Rumah Sakit
merupakan unit yang mengelola sumber daya fisik (manusia, uang, mesin/alat
kesehatan/aset, material seperti obat, reagen, alat tulis kantor, barang habis
pakai dan sejenisnya). Walaupun proses bisnis setiap Rumah Sakit unik tapi
tetap terdapat proses umum, diantaranya perencanaan, pembelian/pengadaan,
pemeliharaan stok/inventory, pengelolaan Aset, pengelolaan SDM,
pengelolaan uang (hutang, piutang, kas, buku besar dan lainnya). Proses back
office ini berhubungan/link dengan proses pada front office, digambarkan
berikut ini.
Proses bisnis data tidak terstruktur
Proses-proses
bisnis tersebut di atas yang melibatkan data-data terstruktur, yang dapat
dikelola dengan relational database management system, selain itu
terdapat proses bisnis yang melibatkan data yang tidak terstruktur seperti alur
kerja, surat diposisi, email, manajemen proyek, kolaborasi, team work,
manajemen dokumen dan sejenisnya.
D.
ARSITEKTUR
INFRASTRUKTUR
Kebutuhan
infrastruktur jaringan komputer kedepan bukan hanya untuk kebutuhan Sistem
informasi RS saja, tetapi juga harus mampu digunakan untuk berbagai hal,
seperti jalur telepon IP, CCTV, Intelegent Building, Medical
Equipment dan lain-lain. Untuk mendukung
pelayanan tersebut, maka infrastruktur jaringan komunikasi data yang
disyaratkan adalah:
· Meningkatkan unjuk kerja dan memudahkan untuk melakukan manajemen lalu
lintas data pada jaringan komputer, seperti utilisasi, segmentasi jaringan, dan
security.
· Membatasi broadcase domain pada jaringan, duplikasi IP address dan
segmentasi jaringan menggunakan VLAN (virtual LAN) untuk setiap gedung dan atau
lantai.
· Memiliki jalur backbone fiber optik dan backup yang berbeda
jalur, pada keadaan normal jalur backup digunakan untuk memperkuat kinerja
jaringan/redudant, tapi dalam keadaan darurat backup jaringan
dapat mengambil alih kegagalan jaringan.
· Memanfaatkan peralatan aktif yang ada, baik untuk melengkapi kekurangan
sumber daya maupun sebagai backup.
· Dianjurkan pemasangan oleh vendor jaringan yang tersertifikasi (baik
perkabelan maupun perangkat aktif).
· Dokumentasi sistem jaringan lengkap (perkabelan, konfigurasi, uji coba, dan
sejenisnya) baik hardcopy maupun softcopy.
· Mengingat penggunaan jaringan yang komplek kedepan, maka perangkat aktif
mengharuskan pengelolaan bertingkat, seperti adanya:
Ø Core switch yang merupakan device vital dalam local area network di Rumah
Sakit dimana core switch ini sebagai bacbone lan dan sentral switch
yang berperan dalam prosessing semua paket dengan memproses atau men-switch
traffic secepat mungkin).
Ø Distribution
switch yang merupakan suatu device antara untuk
keperluan pendistribusian akses antar core switch dengan access switch
pada masing-masing gedung, dimana antara sebaiknya distribution switch dan
core switch terhubung melalui fiber optic.
Ø Acces switch
yang merupakan suatu device yang menyediakan user port untuk
akses ke network.
E.
ARSITEKTUR
DATA
Untuk menghindari
pulau-pulau aplikasi dan memudahkan Kementerian Kesehatan mengolah data yang
homogen, maka perlu dibuat arsitektur data yang baik, untuk mengakomodir
kebutuhan informasi para pengguna. Beberapa aspek harus diperhatikan dalam
membangun arsitektur data:
1. Kodefikasi
Kodefikasi
selain keharusan untuk otomatisasi/komputerisasi, juga diperlukan untuk
integrasi dan penglolaan lebih lanjut seperti statistik.
2. Mapping
Karena
sering berbeda keperluan kodefikasi data, maka diperlukan mapping data untuk
integrasi dan pengelolaan lebih lanjut, misalnya mapping kodefikasi antara
tarif dengan kode perkiraan/chart of account, mapping kode
kabupaten/kota dengan provinsi dan sejenisnya.
3. Standar pertukaran data antar aplikasi
Beberapa software
aplikasi yang terpisah, membutuhkan standard pertukaran data agar dapat
berkomunikasi satu aplikasi dengan lainnya. Seperti Heath Level 7 (HL7),
DICOM, XML dan sejenisnya.
4.
Database
Desain
struktur database, sebaiknya mengacu pada best practice database Rumah
Sakit dan mengambil dari sumber terbuka serta mempertimbangkan kebutuhan
informasi stakeholder terkait.
F.
ARSITEKTUR
APLIKASI
Mengingat
kompleksnya proses bisnis pada Rumah Sakit, berikut ini gambaran arsitektur
minimal dan variabel SIMRS yang dapat mengakomodir kebutuhan informasi.
Kebutuhan
infrastruktur jaringan komputer kedepan bukan hanya untuk kebutuhan Sistem
informasi RS saja, tetapi juga harus mampu digunakan untuk berbagai hal,
seperti jalur telepon IP, CCTV, Intelegent Building, Medical
Equipment dan lain-lain. Untuk mendukung
pelayanan tersebut, maka infrastruktur jaringan komunikasi data yang
disyaratkan adalah:
· Meningkatkan unjuk kerja dan memudahkan untuk melakukan manajemen lalu
lintas data pada jaringan komputer, seperti utilisasi, segmentasi jaringan, dan
security.
· Membatasi broadcase domain pada jaringan, duplikasi IP address dan
segmentasi jaringan menggunakan VLAN (virtual LAN) untuk setiap gedung dan atau
lantai.
· Memiliki jalur backbone fiber optik dan backup yang berbeda
jalur, pada keadaan normal jalur backup digunakan untuk memperkuat kinerja
jaringan/redudant, tapi dalam keadaan darurat backup jaringan
dapat mengambil alih kegagalan jaringan.
· Memanfaatkan peralatan aktif yang ada, baik untuk melengkapi kekurangan
sumber daya maupun sebagai backup.
· Dianjurkan pemasangan oleh vendor jaringan yang tersertifikasi (baik
perkabelan maupun perangkat aktif).
· Dokumentasi sistem jaringan lengkap (perkabelan, konfigurasi, uji coba, dan
sejenisnya) baik hardcopy maupun softcopy.
· Mengingat penggunaan jaringan yang komplek kedepan, maka perangkat aktif
mengharuskan pengelolaan bertingkat, seperti adanya:
Ø Core switch yang merupakan device vital dalam local area network di Rumah
Sakit dimana core switch ini sebagai bacbone lan dan sentral switch
yang berperan dalam prosessing semua paket dengan memproses atau men-switch
traffic secepat mungkin).
Ø Distribution
switch yang merupakan suatu device antara untuk
keperluan pendistribusian akses antar core switch dengan access switch
pada masing-masing gedung, dimana antara sebaiknya distribution switch dan
core switch terhubung melalui fiber optic.
Ø Acces switch
yang merupakan suatu device yang menyediakan user port untuk
akses ke network.
E.
ARSITEKTUR
DATA
Untuk menghindari
pulau-pulau aplikasi dan memudahkan Kementerian Kesehatan mengolah data yang
homogen, maka perlu dibuat arsitektur data yang baik, untuk mengakomodir
kebutuhan informasi para pengguna. Beberapa aspek harus diperhatikan dalam
membangun arsitektur data:
1. Kodefikasi
Kodefikasi
selain keharusan untuk otomatisasi/komputerisasi, juga diperlukan untuk
integrasi dan penglolaan lebih lanjut seperti statistik.
2. Mapping
Karena
sering berbeda keperluan kodefikasi data, maka diperlukan mapping data untuk
integrasi dan pengelolaan lebih lanjut, misalnya mapping kodefikasi antara
tarif dengan kode perkiraan/chart of account, mapping kode
kabupaten/kota dengan provinsi dan sejenisnya.
3. Standar pertukaran data antar aplikasi
Beberapa software
aplikasi yang terpisah, membutuhkan standard pertukaran data agar dapat
berkomunikasi satu aplikasi dengan lainnya. Seperti Heath Level 7 (HL7),
DICOM, XML dan sejenisnya.
4.
Database
Desain
struktur database, sebaiknya mengacu pada best practice database Rumah
Sakit dan mengambil dari sumber terbuka serta mempertimbangkan kebutuhan
informasi stakeholder terkait.
F.
ARSITEKTUR
APLIKASI
Mengingat
kompleksnya proses bisnis pada Rumah Sakit, berikut ini gambaran arsitektur
minimal dan variabel SIMRS yang dapat mengakomodir kebutuhan informasi.
Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit (SIMRS) merupakan prosedur pemrosesan data rumah sakit memanfaatkan
teknologi informasi yang terintegrasi untuk menghasilkan informasi yang tepat
waktu dan efektif untuk mendukung proses pengambilan keputusan bagi pihak
manajemen, sehingga dalam tahapannya akan membuat beberapa SOP (standard
operating procedure) baru guna menunjang kelancaran penerapan SIMRS yang tertata
dengan baik dan rapi.
Ø Front Office
Selama
proses perawatan, pasien akan menggunakan sumber daya, mendapat layanan dan
tindakan dari unit-unit seperti farmasi, laboratorium, radiologi, gizi, bedah, invasive,
diagnostic non invasive dan lainnya. Unit tersebut mendapat
order/pesanan dari dokter (misalnya berupa resep untuk farmasi, formulir lab
dan sejenisnya) dan perawat.
Jadi dokter
dan perawat sebagai aktor/SDM inti pada proses bisnis Rumah Sakit (seluruh order
berasal dari mereka). Karena itu kami menyebutkan inti sistem ini sebagai order
communation system. Front Office SIMRS meliputi:
1.
Antrian
registrasi
2.
Modul
appointment
3.
Registrasi
4.
Pelayanan
informasi
5.
Pengaduan
6.
Pelayanan
informasi
7.
Publik
Ø Back office
Rumah Sakit
merupakan unit yang mengelola sumber daya fisik (manusia, uang, mesin/alat
kesehatan/aset, material seperti obat, reagen, alat tulis kantor, barang habis
pakai dan sejenisnya). Walaupun proses bisnis setiap Rumah Sakit unik tapi
tetap terdapat proses umum, diantaranya perencanaan, pembelian/pengadaan,
pemeliharaan stok/inventory, pengelolaan Aset, pengelolaan SDM,
pengelolaan uang (hutang, piutang, kas, buku besar dan lainnya). Proses back
office ini berhubungan/link dengan proses pada front office,
digambarkan berikut ini.
Ø Komuniasi dan Kolaborasi
Komunikasi
One Medic –
One Solutions for Health Information System merupakan suatu aplikasi piranti lunak yang telah dikembangkan
sejak tahun 2008. Protocol komunikasi yang tersedia telah dilengkapi dengan
system keamanan sehingga dapat menekan berbagai tindakan cyber crime oleh
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Desain
aplikasi SIMRS One Medic berbasis Web dimana
pengguna dapat melakukan integrasi dengan pihak-pihak internal maupun eksternal secara online’.
Manfaat Intergasi secara Online bertujuan untuk mengantisipasi pengulangan
pekerjaan administrasi yang dapat memicu terjadinya human error sehingga
potensi kerugian Rumah Sakit dapat ditekan. Fitur-fitur SIMRS One
Medic sebagai solusi untuk menjawab tantangan masa depan industri pelayanan
medik:
·
Security system: modul ini dapat mengatur informasi dan data
yang diperbolehkan untuk diaksesbaik oleh pihak internal maupun
eksternal. Pengaturan tersebut dilakukan selain untuk melindungi kerahasiaan
data pasien juga untuk menghindari penyalahgunaan informasi penting lainnya
oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
·
MPI server solutions: adalah sistim komunikasi online yang dirancang untuk
menjembatani komunikasi antar sistem. Aplikasi MPI server solutions dapat
digunakan sebagai alat konfirmasi hak-hak pasien
terhadap jenis tindakan medis dan obat-obatan yang dapat diberikan oleh Rumah
Sakit sesuai dengan ketentuan Pihak Penjamin.a
·
Billing records system: seluruh data tindakan medik dan obat-obatan yang diberikan pada
pasien otomatis terekam secara online dan dapat diatur sesuai
dengan format penagihan yang ditetapkan oleh Pihak Penjamin.
Feature ini dapat mempersingkat proses pekerjaan administrasi penagihan
sehingga dapat menekan angka piutang.
Untuk media
komunikasi informasi antara unit dapat digunakan media komputer yang sudah
terintegrasi dengan jaringan LAN dengan menggunakan aplikasi Messenger atau
chating, selain itu juga sudah ada nya telepon lokal yang membantu hubungan
komunikasi antar unit. Sedangkan untuk akses komunikasi ke luar instansi
menggunakan akses internet yang terintegrasi melalui jaringan Pemerintah Kota.
Kolaborasi
Salah satu kolaborasi untuk mengembangkan SIMRS adalah dalam bentuk
Kerjasama Operasional (KSO) atau Build Operational Transfer (BOT).
MenurutPSAK no 39, KSO merupakan bentuk kerjasama antara 2 belah pihak
atau lebih dimana masing-masing pihak sepakat untuk melakukan suatu usaha bersama
dengan menggunakan asset dan/atau hak usaha yang dimiliki dan secara bersama-sama
menanggung resiko atas usaha tersebut. RSmempunyai peluang pasar berupa
kunjungan pasien sedangkan konsultan/vendor akanbertindak sebagai investor
untuk menyediakanteknologi informasi yang selalu update baik berupa
1)Perangkat keras (Server, PC &Jaringan), 2)Perangkat
lunak (Software) maupun sumber daya manusia (Brainware) baik tenaga operator ( Data Entry), Programmer maupun
tenaga lainnya.
Manfaat utama dari kegiatan KSO SIMRS
ini adalah adanya jaminan berkelanjutan serta proses pendampingan/transfer
knowledge SIMRS,sehingga akan meminimalkan resiko-resiko kegagalan
implementasi di pihak RS dan akan menekan cost/biaya yang dikeluarkan
untuk investasi teknologi informasi yang senantiasa selalu update.Pihak
rumah sakit berkewajiban untuk menyediakan fasilitas sarana/prasarana
untuk menunjang kegiatan operasional KSO SIMRS tersebut. Rumah Sakit akan
melakukan pengembalian investasi dengan beberapa alternatif, antara lain
pembebanan ke pasienper registrasi/kunjungan/resep atau dana dari komponen unit
Bahan Habis Pakai (BHP),komponen unit Jasa Akomodasi maupun daritingkat
efisiensi operasional RS. Pihak konsultan mempunyai kewajiban melakukan
pengembangan/update, tailor-made(customize) sistem sesuai kebutuhan RS,
Transfer Knowledge dan pendampingan operasional selama masa kerjasama
tersebut.Rumah Sakit akan menerima sistem secara keseluruhan baik modul
aplikasi, source code maupun blue print sistem pada masa akhir kerjasama
sehingga RS diharapkan akan menjadi mandiri dalam mengelola SIMRSpasca masa KSO
tanpa ketergantungan dari pihak konsultan dan bisa menjadi
revenuecenter karena bisa mengembangkan sistem yang ada ke RS yang lain.
Ø Infrastruktur Aplikasi
Berdasarkan
definisi di atas, maka kita dapat membagi SIMRS menjadi 6 komponen utama guna
menunjang terlaksananya penerapan SIMRS yang benar dan sesuai kebutuhan:
·
Software
(Sistem Informasi Manajeman Rumah Sakit)
·
Hardware
(perangkat Keras berupa komputer, printer dan lainnya)
·
Networking
(jaringan LAN, wireless dan lainnya)
·
SOP
(Standard Operating Procedure)
·
Komitmen
(komitmen semua unit / departemen / instalasi yang terkait untuk sama-sama
mejalankan sistem karena sistem tidak akan berjalan tanpa di-input)
·
SDM
(sumberdaya manusia adalah faktor utama suksesnya sebuah sistem dimana data
di-input dan diproses melalui tenaga SDM tersebut)
REFERENSI :
Simrs.co
Simrs.net
http://www.rizconsultant.com/2013/10/sistem-informasi-rumah-sakit.html
http://www.jalinmedika.com/products/model-bisnis-simrs
Tidak ada komentar:
Posting Komentar